Minggu, 06 Desember 2015

Beban Pikiran

Entahlah, saat sendiri saya berpikir tapi pikiran saya tertuju pada cewek.
Saya benci memikirkan hal seperti ini, memikirkan seseorang yang bahkan saya tidak tahu dia memikirkan saya atau tidak.
Saya berpikir sendiri mengapa saya tidak begitu memikirkan orang tua atau anggota keluarga saya yang sebenarnya lebih peduli pada saya ketimbang cewek yang hanya membuat saya ngarep.
Buruknya lagi adalah saya tidak tahu cara mengalihkan agar pikiran ini lebih berfokus pada hal positif.
Saya sendiri bingung mengapa saya kurang suka membaca Kalam Ilahi dan lebih suka mengalihkan diri ke @wifi.id hanya untuk sekedar membuka jejaring sosial yang bahkan sebenarnya hanya berisi orang-orang yang oleh jejaring sosial itu disebut "Teman", teman di dunia maya tak bisa selalu membantu, apalagi di dunia maya siapapun bebas menjadi dirinya yang lain atau bahkan menjadi anonymous.
Ya, saya memang tidak begitu peduli dengan teman-teman saya, bahkan saat saya ditawari bantuan oleh mereka saya lebih cenderung menolak mereka karena menurut saya hasil yang saya dapatkan melalui usaha sendiri lebih berarti.
Seperti kemarin (5 Desember 2015), sebenarnya kemarin adalah hari pengumpulan tugas struktur data, dimana kami disuruh mempraktikkan pascal dan file codingnya diserahkan pada dosen, tugasnya diberikan hari senin dan hari sabtu kemarin pada jam 13.00 adalah batas pengumpulan tugas tersebut dan saya memilih tidak mengumpulkan karena charger laptop rusak, ada teman saya yang menawarkan codingnya, ya.... dan semua "teman" saya menggunakan coding yang sama, mereka hanya tinggal memasukkan nama dan NIM mereka dalam coding itu dan masalahpun teratasi.
Saat berpikir tentang seorang "teman", kadang saya bertanya "sebenarnya aku ini pantas jadi temanmu atau tidak?", temanmu yang satu ini terlalu terbiasa alias terlalu sering sendiri karena tak terlalu merasa berharga.
"Jika memang aku temanmu, apa yang pernah aku berikan?", ya, karena aku terlalu pelit untuk berbagi.
"Terkadang candaanku berlebihan terhadapmu, mengapa kau tidak menjauh?", temanmu yang satu ini hampir bukan teman yang bisa kau ajak bercanda atau kau candai, ia terlihat polos namun dia terlalu rapuh akan kata-kata.
"Sebahagia apa kamu saat jadi temanku?", karena aku bahkan hampir sangat sulit tertawa dan lebih cenderung membuatmu kesal.
"Apakah aku cukup baik untukmu?", karena aku tahu aku bukan orang baik.
"Tidakkah aku terlalu merepotkanmu saat ku butuh bantuan?", maaf jika seandainya suatu saat kau menyesal saat kau sudah membantuku.
Saya memang suka sendiri, namun saya juga sadar saya juga manusia, makhluk sosial yang butuh teman dan saya juga sadar bahwa saya sebenarnya tidak bisa kalau sendiri, namun saya lebih suka menyerahkan urusan hidup saya pada Allah, karena jika memang manusia tidak bisa membantu saya, saya masih punya Dia untuk saya mintai bantuan.
Percayalah kawan, jika suatu saat aku bisa melakukan sesuatu sendiri maka memang itulah yang Allah kehendaki, namun jika suatu saat aku minta tolong padamu maka aku merasa kau pilihan yang Dia berikan, namun jika seandainya kau memang tak mampu membantu maka aku mengerti bahwa Dia sedang membuatku lebih berharap pada-Nya daripada berharap pada manusia.
Tidak kawan, aku masih makhluk sosial dan pasti memerlukanmu, namun kau mungkin bertanya mengapa aku lebih suka sendiri? Bukan begitu kawan, aku hanya terlalu memikirkan diriku dan khawatir jika aku suatu saat menyakitimu atau orang lain, Maafkan aku jika terlalu egois, dan Terima Kasih atas semua yang kau lakukan........
Sekarang biar kutenangkan hati dan pikiran ini karena kutahu hidupku tetap harus berjalan dan tak bisa terus begini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar